![]() |
The Heart of Man karya Erich Fromm |
Pernah nggak sih, seseorang mengatakan kalau kamu narsis? Aku tertarik baca The Heart of Man karya Erich Fromm karena ada pembahasan tentang narsisme. Ternyata sebelum sampai pada pembahasan narsisme, ada penjelasan yang menjadi akar munculnya sikap narsis.
Identitas Buku dan Blurb
Judul : The Heart of Man
Penulis : Erich Fromm
Penerbit : IRCiSoD, 2019
Tebal : 248 halaman
Buku ini mencoba mengembangkan lebih jauh gagasan-gagasan yang telah disajikan oleh Fromm dalam karya-karya sebelumnya. Dalam Escape from Freedom, ia berhadapan dengan masalah kebebasan dan sadisme, masokhisme dan kerusakan. Di buku ini, ia mengembangkan apa yang disebutnya sebagai nekrofilia (rasa cinta kepada kematian) dan biofilia (rasa cinta pada kehidupan).
Dalam Man for Himself, ia mendiskusikan masalah norma-norma etis yang didasarkan pada pengetahuan kita tentang sifat alami manusia, bukan pada ilham atau hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh manusia. Di buku ini, ia mengejar masalah tersebut lebih jauh dan mendiskusikan asal usul kejahatan serta pilihan antara kebaikan dan kejahatan.
Dalam The Art of Loving, Fromm menelisik soal kemampuan manusia untuk mencintai. Sementara, di buku ini, ia mengkaji secara mendalam tentang kemampuan manusia untuk menghancurkan, narsisme, dan fiksasi insestisnya. Masalah cinta kasih dibawa oleh Fromm ke dalam ranah baru dan lebih luas, yaitu cinta pada kehidupan.
Fromm mencoba menunjukkan bahwa cinta semacam itu tidak bergantung pada apapun. Bahwa penanggulangan narsisme membentuk sebuah 'sindrom pertumbuhan' lawan dari 'sindrom peluruhan' yang dibentuk oleh cinta pada kematian, simbiosis insestis, dan narsisme yang ganas. Namun, terlepas dari semua itu, setelah membaca buku itu kebanyakkan orang menilai Fromm sebagai pendiri madzhab bagi psikoanalisis, yakni neo-freudianisme.
Cinta Kehidupan dan Cinta Kematian
Semesta Cinta: Panduan Bagi Musafir Cinta
Mahabbah Cinta Rabi'ah al- Adawiyah
Filsafat Kebahagiaan Menurut Plato, Aristoteles, Al- Ghazali dan Al- Farabi
Laki-laki dan perempuan itu sedang mempertahankan ego masing-masing. Mereka tidak punya ketertarikan yang dalam dan nyata satu sama lain. Mereka tetap mudah tersinggung dan curiga. Paling sering, masing-masing mereka akan menginginkan orang baru yang bisa memberi mereka kepuasan narsistis yang segar. Bagi seorang narsis, pasanganya tidak pernah berupa seseorang dalam haknya sendiri atau dalam kenyataan penuhnya. Si pasangan ada hanya sebagai bayangan bagi egonya yang terlambungkan secara narsistis. Cinta kasih non-patologis, di sisi lain, tidak berdasarkan pada narsisme mutual. Ia adalah hubungan antara dua orang yang mengalami diri mereka sendiri sebagai entitas-entitas terpisah, namun yang bisa membuka diri untuk saling menjadi satu. Untuk mengalami cinta kasih, orang harus mengalami keterpisahan (2019: 132)
Baca Juga:
The Passion of The Soul : Mengenal Jiwa Bersama Rene Descartes
Bagaimana Berdebat dengan Kucing: Panduan Untuk Menaklukkan Hati Siapapun
Kelebihan Buku
Terjemahan mudah dipahami dan penjelasan teori sangat runtut.
Kekurangan Buku
Karena setiap babnya saling berkaitan satu sama lain, jadi harus dibaca dari awal sampai akhir genks. Jadi, kurang cocok untuk kamu yang suka baca loncat :)
Tentang Penulis
Erich Fromm lahir di Jerman pada Maret 1990. Fromm termasuk filsuf yang terpengaruh aliran filsafat eksistensialisme. Karya lainnya yang terkenal yakni Escape From Freedom (1941).
Apa pendapatmu tentang buku ini? Tulis di kolom komentar, ya, genks!
0 Komentar