![]() |
puisi cinta yang membunuh |
Baru-baru ini aku menaruh perhatian dengan film horror Puisi Cinta yang Membunuh, rilis pada hari kamis, 05 Januari 2023. Ini pertama kalinya dalam ranah industri kreatif Indonesia mengangkat puisi sebagai tema utama.
Namun, di sini aku tidak membicarakan filmnya. Melainkan pembahasan mengenai puisi. Bagaimana sebuah puisi bisa membunuh? Baiklah, mari kita telisik bersama.
Hakikat Puisi
Puisi adalah untaian kata indah yang sengaja dibuat untuk menyampaikan pesan atau makna tertentu. Namun, terkadang puisi tidak selalu memiliki makna, kamu bisa membaca puisi-puisi milik Sutardji yang lebih tergolong puisi mantra.
Puisi menjadi salah satu karya sastra yang digemari masyarakat, karena tidak memerlukan waktu banyak untuk membaca. Banyak dari masyarakat yang tidak lepas dari puisi, seperti mengisi hari-hari besar dengan pembacaan puisi. Ini kondisi yang masih sering kita temukan di lapangan.
Ketika kita mendengarkan puisi atau membaca, kita akan lebih mendengarkan tiap kata di dalam baitnya. Hal ini karena kita terpesona dengan kosa kata yang tidak biasa atau bahkan eksentrik.
Nah, pilihan kata atau diksi ini yang menjadi kekuatan dari puisi. The power of word. Kata-kata dalam puisi berbeda dengan ucapan saat kita mengobrol dengan teman. Para penyair tidak sembarang memilih kata.
Terkadang mereka memilih beberapa kata yang tak lazim digunakan demi mencipta keindahan. Dengan demikian puisi memberikan pengaruh yang berbeda. Apa saja pengaruhnya? Simak di bawah ini!
Penafsiran
Puisi menggunakan pilihan diksi yang indah dan berirama. Ini membuat pembaca sering menafsirkan maknanya. Padahal ada satu aturan dalam menafsirkan puisi. Seingatku ini pendapat Plato atau Sokrates bahwa menafsirkan puisi tidak pernah sama benar dengan aslinya. Kita hanya bisa mendekati dengan makna yang sebenarnya (interpretasi).
Ada dua hal yang membuat penafsiran seseorang selalu berbeda, yakni pengetahuan, pengalaman dan hubungan dengan penulis.
Pengetahuan, pengetahuan seseorang tentang puisi dan kosakata sangat berpengaruh. Karena tidak semua orang memiliki pengetahuan dan pendapat sama perihal puisi. Seperti pengetahuan tentang unsur puisi dan bagaimana cara menafsirkan sebuah puisi.
Pengalaman, dalam satu puisi biasanya ada unsur sosial dan isu-isu di lingkungan sekitar. Nah, ini membuat pengalaman sangat mempengaruhi proses penafsiran. Dalam karya sastra selalu ada kode sastra, budaya dan sosial yang harus dipecahkan.
Hubungan, hubunganmu dengan penulis juga sangat berpengaruh terhadap penafsiran. Ketika kita mengenal penulis dengan baik akan berbeda dengan hasil tafsiran mereka yang tidak mengenal dekat. Begitupun saat membaca puisi-puisi terkenal milik Chairil Anwar, jika kita mengetahui riwayat hidupnya maka kita menjadi lebih paham apa maksud dari karya-karya Chairil.
Baca Juga:
#Let'stalkabout Keramat 2 Caruban Larang
#Let'stalk Series Moon Knight, Penuh Misteri!
#Let'stalk Tips Menulis Novel Anti Boring
Dampak Psikologis
Hasil dari penafsiran tadi merupakan buah pikiran. Buah pikiran itu berupa emosi dan cerita yang kita dapatkan dari hasil membaca. Nah, ketika kita merasa empati dan sedih ketika membaca puisi. Ini dapat mempengaruhi kejiwaan kita.
Bagian inilah yang membuat seseorang bisa terluka atau mendadak sedih karena puisi. Puisi dapat membunuh seseorang dari sisi mentalnya (seperti teror :) ). Padahal belum tentu penafsirannya benar.
Begitupun sebaliknya, puisi juga bisa memberikan emosi positif. Seperti membuat kita merasa bersyukur atau senang. Namun, apabila kita tidak tersentuh empatinya tentu hanya mendapatkan sebuah cerita dan pengetahuan dari puisi. Aku sendiri sering menemukan pelajaran hidup dalam puisi.
Jadi, kata-kata dalam puisi memang bisa berbahaya :)
Btw, aku sengaja belum menonton filmnya karena takut mempengaruhi pendapatku tentang puisi yang bisa membunuh gaes. Semoga bisa nonton filmnya weekend depan.
Kamsahamnida, see you next time :)
0 Komentar