Belajar Marketing Belajar Hidup: Kita Semua Marketer?

belajar marketing belajar hidup karya Henry Manampiring

Dari buku Copywriting karya Muslikh Madiyant, aku menemukan pemikiran bahwa 'kita semua itu copywriter'. Kemudian saat Buku Belajar Marketing Belajar Hidup ini terbit, seperti menjadi validasi atau penjelasan lengkap dari pemikiran tersebut.

Sekilas dari judul, kita bisa melihat inti bahwa ilmu marketing bisa digunakan untuk hidup. Sebenarnya ilmu marketing mana yang dimaksud? Mari kita simak bersama di bawah ini!

Identitas Buku 

Judul         : Belajar Marketing Belajar Hidup

Penulis     : Henry Manampiring

Penerbit   : Kompas, 2024

Tebal         : 268 halaman

Blurb         :

Ilmu marketing jadi ilmu hidup? Sangat bisa, menurut Penulis. Berkarier seperempat abad di dunia marketing, Penulis menemukan banyak prinsip marketing yang bisa membantu kita lebih efektif dalam meraih cita, cinta dan hidup bermakna.

Konsep-konsep fundamental seperti positioning, reach, 4P, mental availability, distinction, sampai mitos-mitos kesetiaan pelanggan dan brand purpose, semua dibahasa dalam bahasa yang ringan, dengan contoh-contoh penerapan yang mudah dipahami, tidak hanya untuk brand, tetapi juga kehidupan kita sehari-hari. 

Ringkasan Buku 

Setelah membaca, intinya buku ini membahas teori-teori marketing dan cara menerapkannya ke dalam hidup. Jadi, teori marketing tidak hanya untuk menjual produk, melainkan juga bisa diimplementasikan ke hidup kita. Karena pada nyatanya, kita membutuhkan value dari hal lain dengan cara memberikan value yang kita punya.

Tidak mempromosikan diri kita jangan dilihat sebagai kerendahan hati, tetapi kegagalan menciptakan kesempatan (157:2024)

Insight Menarik dari Buku

1.  Tentang Positioning

Esensi dari tujuan marketing yaitu 'berguna'. Oleh karena itu kita harus mengetahui positioning kita. Positioning yang dimaksud yaitu 'manfaat' yang bisa kita berikan. Cara untuk menentukan positioning  yaitu dengan mengenali diri sendiri. 

Uniknya, penulis menggunakan Model Jendela Johari untuk memahami diri kita. Yang mana kita juga harus melihat dari pandangan orang lain. Ini karena kita memiliki sisi sifat yang hanya bisa dirasakan orang lain. In the end, marketing adalah soal menyentuh emosi orang lain.

2. Hidup juga Butuh Riset

Ternyata bukan cuman nulis yang harus diriset, tetapi ketika kita sedang menjalani hidup juga. Dalam marketing, sebelum kita memasarkan produk tentu harus riset bagaimana tempatnya, siapa saja yang ada di sana dan siapa target market kita. 

Prinsip ini mengingatkanku dengan podcast dari Theoderick (salah satu pengusaha di Indonesia). Beliau mengatakan kalau sebelum kita memulai usaha, kita harus membuat daftar siapa saja orang di sekitar kita. Baru menentukan bisnis yang akan kita bangun dengan memanfaatkan value yang mereka punya (kita juga harus memberikan value, bukan gratisan ya!)

3. Branding Kemasan Sesuai Karakter

Kemasan menjadi gerbang utama yang membuat orang lain tertarik pada produk. Akan lebih baik jika kemasan tersebut memberikan 'perasaan/feeling' tertentu ketimbang fokus pada ikon produk. Karena nyatanya orang nggak peduli dengan brand kita, melainkan mereka hanya peduli dengan perasaan mereka sendiri setelah membeli produk. Penulis membagi hal ini menjadi dua, yakni kebutuhan fungsional dan kebutuhan emosional.

4. Ada Tipe Stress yang Baik, Loh!

Di masa kini, stress dianggap sesuatu yang negatif dan wajib dihindari. Tetapi penulis mengingatkan bahwa kita butuh stress untuk bisa berkembang. Seperti ketika workout, otot akan merasakan stress karena harus dipaksa menahan beban berat atau melakukan gerakan berlebihan. Tetapi ini malah membuatnya sehat dan otot dalam tubuh menjadi lebih banyak.

Mengenai stress ini merujuk pada pendapat Rene Descartes, seorang Ilmuwan Prancis abad ke-16. Yang mana manusia memiliki dua realitas, yakni tubuh dan pikiran. Pikiran kita berhasil menumbuhkan ide-ide menarik, tetapi yang bisa menjalankannya hanyalah tubuh kita.


Seluruh kecerdasan, bakat, dan kreativitasmu akan sia-sia tanpa tubuh yang mewujudkannya (99:2024)

5. Tentang Mental & Physical Availability

Ini menurutku pembahasan paling menarik dari buku ini. Agar brand kita bisa tertanam dalam pikiran orang, kita harus senantiasa membangun mental dan physical availability. Mental availability merupakan seberapa mudah brand diingat. Seperti ketika kamu ingin membeli laptop, merek apa saja yang muncul dalam kepalamu? Jika kamu sampai ingat kualitas dari beberapa merek, itu berarti mereka sudah sukses membangun mental availability.

Sementara physical availability merupakan seberapa mudah produk ditemukan. Semakin mudah produk terlihat dan ditemukan maka makin besar pula ingatan orang terhadap produk. Jadi, kalau kamu ingin menarik perhatian seseorang kamu harus sering muncul di dekatnya.

 Demand datang karena adanya value, bukan karena harga murah-Raditya Dika 

Gaya Penulisan Buku

Gaya penulisan buku sangat mirip dengan buku penulis sebelumnya Filosofi Teras yang diisi dengan ilustrasi gambar, bedanya kali ini dengan konsep berbeda. Selaras dengan cover, buku ini menggunakan konsep yang erat dengan marketing. Di tiap akhir bab, kamu akan diberikan kesimpulan yang harus kamu ingat (takeaway).

belajar marketing belajar hidup karya Henry Manampiring


Amanat Penulis 

Amanat dari penulis yaitu banyak banget, karen ini memang buku self improvement ya wkwk. Tapi ada satu yang membekas, yaitu penulis menyarankan untuk membaca buku How Brands Grow karya Byron Sharp. 

Kemudian buat kamu yang introvert, jangan ngumpet terus! Karena penulis mengakui sendiri, bahwa dirinya introvert dan saat dia terjun ke publik membuatnya menemukan peluang yang banyak (keluar dari zona nyaman).

Apa Buku ini Layak Dibaca?

Tentu saja. Apalagi jika kamu ingin mengetahui prinsip dari marketing dengan penjelasan yang luwes. Buku ini cocok untuk semua orang karena kita aslinya marketer!


Baca Juga:

Kelebihan Buku

Kelebihan buku Belajar Marketing Belajar Hidup  yaitu pembahasan yang asik (storytelling). Bahkan jika kamu tidak memiliki background marketing juga tetap bisa memahami buku ini. Penulis juga sangat totalitas menjelaskan materi, seperti menggunakan tabel atau gambaran visual dari teori.

Kekurangan Buku

Menurutku tidak ada kekurangan dalam buku ini. Tetapi karena buku ini hanya membahas prinsip, maka tidak ditemukan angka dalam buku ini. Jadi, meskipun ada bagian The Price, penulis hanya mengingatkan bahan baku apa saja dan berapa banyak yang digunakan.

Jadi, jika kamu ingin tahu cara menentukan harga produk, berapa margin profit hingga cara meningkatkan ROAS bisa melanjutkan membaca buku lain (penulis mengingatkan harus membuka buku akuntansi wkwk)

Tentang Penulis

Henry Manampiring memiliki lebih dari 25 tahun pengalaman dalam  bidang riset pasar, perilaku konsumen, dan komunikasi merek di perusahaan-perusahaan multinasional, seperti Cola-cola Indonesia, Ogilvy, Leo Burnett, Meta dan RedDoorz. Karya Henry lainnya yang bisa kamu baca yaitu Filosofi Teras.

Setelah membaca buku ini, aku jadi lebih paham dengan prinsip marketing. Entah nantinya digunakan untuk bisnis atau pengembangan diri. Gimana, tertarik baca bukunya Om Piring?😊



Posting Komentar

0 Komentar