The Book of Ikigai karya Ken Mogi : Make Life Worth Living

The Book of Ikigai karya Ken Mogi
Tidak semua orang langsung bisa menemukan tujuan hidupnya. Padahal dengan menemukan tujuan hidup, kita jadi senantiasa bersemangat menyambut hari esok. Karena kita merasa punya sesuatu yang harus dikerjakan besok. Kita menginginkan umur yang panjang dan sehat.

Nah, ini biasanya terjadi pada anak muda yang memasuki fase pencarian 'jati diri'. Tidak jarang mereka mencoba berbagai kegiatan yang antimainstream agar bisa diakui keberadaannya di lingkungan. Hal ini karena mereka sedang dalam masa pubertas, sehingga belum dapat mengontrol emosi dan fisik.

Membaca The Book of Ikigai karya Ken Mogi ini bisa menjadi salah satu cara untuk menjawab kebingungan kita dalam menentukan tujuan hidup. Di dalamnya kita akan diajak memahami tentang ikigai dan berbagai keajaiban yang dapat dirasakan ketika menggunakan filosofi ini. Yuk, simak hal menarik lainnya di bawah ini!

Identitas Buku 

Judul         : The Book of Ikigai

Penulis     : Ken Mogi, Ph. D

Penerbit   : Noura Books, 2017

Tebal         : 200 halaman

Blurb         :

Jiro Ono (91 tahun)  adalah chef  bintang tiga Michelin paling  tua di dunia yang masih hidup. Restoran sushi milik Ono masuk daftar restoran kelas dunia. Rahasia hidup panjang umur Ono yaitu Ikigai. Salah satu filosofi orang Jepang untuk membuat hidup lebih bersemangat. Dalam buku ini, Ken Mogi menjelaskan keajaiban Ikigai melalui kisah inspiratif.

Make Life Worth Living

Sesuai dengan judulnya, buku ini membahas tentang Ikigai. Konsep Jepang yang membuat seseorang semangat menjalani hidup atau lebih tepatnya 'bergairah' menjalani hidup. Mulai dari bangun di pagi hari hingga tidur. Meski harus mengerjakan kegiatan berulang-ulang. Dengan memiliki ikigai, kita jadi punya kebiasaan untuk hidup bahagia, bahkan dalam kondisi apapun (seperti hidup di daerah yang rawan bencana alam: Jepang).

Di dalam buku ini, Ikigai memiliki 5 pilar, yakni (1) awali dengan hal-hal kecil, (2) bebaskan dirimu, (3) keselarasan dan kesinambungan, (4) kegembiraan dari hal-hal kecil dan (5) hadir di tempat dan waktu sekarang. Penulis menjelaskan lima pilar ini melalui kisah-kisah seseorang yang telah menemukan ikigai selama hidupnya. Yang secara tidak langsung beliau juga menceritakan kebudayaan dan filosofi di Jepang.

Beberapa penjelasan mungkin terasa familiar dan sudah menjadi informasi umum. Tetapi penulis membahasnya dengan mendalam dan spesial. Beberapa diantaranya ada pembahasan dengan Sumo dan Mangkok. Keduanya ternyata punya sisi keindahan tersendiri bagi orang Jepang. Jadi, membaca buku ini akan memperdalam wawasan tentang kehidupan orang Jepang.

Nah, bab paling menarik menurut ada di Aliran dan Kreativitas. Rasanya ini mengingatkan pada kita, untuk menjadi kreatif, kita harus 'mengalir' atau flow. Yang mana ini termasuk kondisi psikologis ketika kita merasa hanyut ketika mengerjakan sesuatu. Itulah kenapa dalam ikigai, kita harus memilih salah satu kegiatan yang disukai dan memunculkan kegembiraan. Meski pada saat itu, kita memiliki tanggung jawab atau permasalahan duniawi lainnya.

Ketika bisa melakukan kegiatan diatas, maka akan terbentuk 'segitiga emas' antara kreatif, flow dan ikigai. Jika kita bisa terus-menerus menciptakan segitiga emas ini, maka hidup akan menjadi menyenangkan. Di bawah ini salah satu pendapat Ken Mogi yang kusukai. Menurutku ini kutipan paling relevan. Karena ketika di awal proses, tidak ada satu orang pun yang datang pada kita.

Buatlah musik, meski tak ada seorangpun yang mendengar. Lukislah gambar meski tak ada seorang pun yang melihat. Tuliskan sebuah cerita singkat yang takkan dibaca orang. Kesenangan batin dan kepuasan akan lebih dari cukup untuk menyemangati terus hidup anda.

Baca Juga:

How To Die: Sebuah Panduan Klasik Menjelang Ajal  

Filsafat Kebahagiaan Menurut Plato, Aristoteles, Al- Ghazali dan Al- Farabi

New Think and Grow Rich karya Napoleon Hill: Memahami Kekuatan Pikiran


Kelebihan Buku

Kelebihan buku ini yaitu struktur pembahasannya yang rapi dan bahasa mudah dipahami. Terutama jika terdapat istilah-istilah Jepang yang dibedakan dengan teks lainnya. 

Kekurangan Buku

Jujur saja tidak ada kekurangan yang mengganggu pemahaman kita saat membaca. 

Tentang Penulis

Ken Mogi, Ph,D. alias Kenichiro Mogi adalah seorang penulis, saintis, dan penyiar di Tokyo.  Beliau merupakan seorang peneliti dan profesor di Tokyo Institute of Technology. Beliau lahir di Kota Nakano, Jepang pada tahun 1962. 

Buku ini cocok buat kamu yang bingung menentukan tujuan hidup atau ingin belajar tentang filosofi Jepang. Sebenarnya masih ada banyak, loh, filosofi Jepang lainnya. Nah, Ikigai ini sebaiknya filosofi  pertama yang kamu pelajari, karena memang 'make life worth living'. Apa pendapatmu tentang buku ini, guys?😊

Posting Komentar

0 Komentar