Orang-orang Oetimu karya Felix K Nesi: Novel dari Pelosok NTT

Orang-orang Oetimu karya Felix K Nesi

Aku tertarik membaca Orang-orang Oetimu karena novel ini memenangkan sayembara DKJ pada tahun 2018. Siapa sangka jika masa kolonial ini tidak kalah mencekam dengan tragedi G30S/PKI. Melalui novel ini ada banyak kisah yang ingin disampaikan Felix K Nesi.

Identitas Buku dan Blurb

Judul : Orang-Orang Oetimu

Penulis : Felix K Nesi

Penerbit : CV Marjin Kiri, 2019

Tebal : 220 halaman

OETIMU: suatu wilayah kecil di pelosok Nusa Tenggara Timur. Masa itu adalah paruh kedua 1990-an, dan kejadian-kejadian di wilayah Indonesia selebihnya mau tak mau berdampak kepada kehidupan sosial orang-orang di kampung yang terpencil itu. 

Kolonialisme Indonesia di Timor Timur kian disorot dunia internasional, sementara warisan kekerasan antara militer Indonesia dan gerilyawan Fretilin ikut menyebar ke wilayah sekitarnya, demonstrasi menentang Soeharto kian marak di kalangan mahasiswa, dan Brazil berhadap-hadapan dengan Prancis di final Piala Dunia.

Novel mengasyikkan yang menggambarkan masyarakat Timor Barat dengan segala kepelikannya, di mana gereja, negara, dan tentara berperan besar dalam kehidupan sosial. O ya, juga sopi dan seks.

Kisah Orang Oetimu

Sesuai dengan judulnya,  novel ini menceritakan tentang kehidupan orang-orang Oetimu di NTT pada tahun 1990 (masa kolonial). 

Masa ketika masyarakat Indonesia masih percaya masih ada bekas orang-orang komunis yang hidup. Di masa itu banyak yang berterimakasih kepada Presiden Soeharto karena sudah menumpas PKI bersamaan dengan demontrasi para mahasiswa untuk menggulingkan pemerintahan.

Ternyata setelah tragedi penumpasan PKI, masih terjadi berbagai kekerasan yang berimbas pada masyarakat terpencil di Oetimu.  Seperti yang sering muncul dalam novel berlatar 1965, ada aksi kekerasan mental dan fisik baik pada perempuan dan laki-laki. Aksi kekerasan antara militer Indonesia dan gerilyawan Fretilin membuat beberapa orang di sana trauma dan berusaha membangun hidup kembali.

Engkau terlalu memikirkan hal-hal duniawi. Bukankah burung pipit tidak menabur, tetapi tidak pernah pula ia mati kelaparan? Tuhan telah mengatur semuanya. Sejak dunia ini diciptakan (2019:129).


Yang menarik dari novel ini memang fiksi etnografis yang memukau, sesuai dengan komentar dari juri DKJ 2018. Penulis mampu menjelaskan latar dan kondisi serinci itu.  Bahkan masyarakat di sana baru mengenal bahasa Indonesia,  sayangnya tidak ada selipan bahasa asli yang mereka gunakan (jadi kurang terasa auranya :) )
 
Tokoh dalam cerita novel ini tidak berpusat hanya pada satu orang. Penulis membuatnya menjadi kepingan-kepingan cerita yang menyatu. Kepingan cerita yang berkaitan dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat Oetimu. 
 
Penulis menjelaskan dengan gamblang tentang kebiasaan buruk para tokoh, seperti sopi (minuman keras) dan seks. Ada juga kebiasaan baik, seperti mendongeng dengan tujuan mendidik yang di masa sekarang sudah jarang kita temui dan sedikit ajaran agama kristen tentang Roh Kudus.

Membaca novel ini membuatku tahu bagaimana kehidupan orang-orang Timor, termasuk pandangan mereka terhadap bangsa Indonesia. 

Baca Juga:

Resensi Novel of Mice and Men karya John Steinbeck

Kejahatan dan Hukuman : Novel Kriminal Psikologis 

Review Novel Mutiara karya John Steinbeck


Kelebihan Novel

Meski berlatar di NTT, cerita menggunakan bahasa Indonesia dan terdapat glosarium untuk istilah-istilah daerah. Bahasa mudah dipahami dan novel ini kaya akan informasi seputar daerah Oetimu, termasuk kondisi lingkungan di sekitarnya.

Kekurangan Novel

Terkadang agak sulit untuk memahami cerita karena tokohnya yang banyak. Penulis memang sengaja tidak memusatkan perhatian pada satu tokoh utama, tetapi satu kesatuan cerita mulai terlihat ketika di akhir cerita. Beberapa bagian dari novel terdapat adegan yang cenderung vulgar karena penulis menjelaskan dengan bahasa yang rinci :)

Tentang Penulis

Felix K. Nesi adalah penulis kelahiran Nesam-Insana (1988). Alumni Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang. Beliau pernah terpilih sebagai 'Emerging Writer' di Makassar Internasional Writers Festival (MIWF) 2015. Karya pertamanya berupa kumpulan cerpen Usaha Membunuh Sepi (2016).

Apa pendapatmu tentang buku ini? Tulis di kolom komentar, ya, genks!

Posting Komentar

0 Komentar