cover The Red Haired Woman/Itha/ |
Penulis : Orhan Pamuk
Penerbit : Bentang Pustaka, 2016
Penerjemah : Rahmani Astuti
Tebal Buku :344 Halaman
Menceritakan tentang pemuda bernama Cem. Seorang anak semata wayang dari ayahnya yang memiliki sebuah apotek. Usai ayahnya ditangkap karena terlibat dalam politik, Cem mendapat tawaran sebagai penggali sumur. Hal itu dilakukan karena Cem ingin memiliki penghasilan sendiri serta memenuhi segala kebutuhannya menjelang kuliah.
Kepergian Cem mengikuti Tuan Mahmud, pemimpin yang bertanggung jawab dalam menggali sumur sempat dihentikan oleh Ibunya yang tidak ingin berpisah. Namun Cem meyakinkan bahwa setelah itu ia akan fokus kuliah dan dia tahu jika pekerjaan ibunya tidak dapat sepenuhnya memenuhi keperluan kuliahnya. Akhirnya ibunya memberikan izin.
Cem bekerja dengan semangat. Ia menjadi lebih antuasias saat tak sengaja bertemu dengan wanita berambut merah. Ia tak bisa melupakan tatapan dan senyuman wanita dengan dua anak itu. Sementara Tuan Mahmud berusaha memahami Cem dan meyakinkannya bahwa ia harus percaya dengan asisten barunya agar proses penggalian berjalan lancar. Tuan Mahmud memiliki semacam intuisi untuk menemukan sumber air. Meski pada saat itu mereka berada pada wilayah yang gersang yakni di dataran luas yang akan dibangun proyek pabrik oleh Hayri Bey. Saat malam tiba, para penggali sumur itu pergi menuju kota Ongoria, tepatnya di warung kopi Rumelia. Pada saat ke kota selalu dimanfaatkan oleh Cem untuk mencari wanita berambut merah itu.
"Jadi , kehendak Tuhan berlaku, bagaimanapun, tak seorang pun bisa terbebas dari takdirnya." Ujar Tuan Mahmut (Orhan Pamuk, 2016:61)
Baca Juga:
Don't Look Back: Cara Elegan Berdamai dengan Masa Lalu
Resensi Novel Katarsis karya Anastasia Aemilia
Keunggulan Novel
Cerita menggunakan alur maju sehingga mudah dipahami. Terdapat beberapa kisah bersejarah, seperti Yusuf dan Oedipus. Penerjemahan novel menggunakan pilihan kata yang mudah dipahami, dan sangat rinci dalam setiap adegan cerita.
Kekurangan Novel
Terdapat beberapa kesalahan penulisan. Salah satunya nama salah satu tokoh. Terkadang penulis menulis Tuan Mahmut, terkadang menulis Tuan Mahmud. Hal ini dapat mempengaruhi pembaca dalam pemahaman tokoh.
Jika nama yang benar adalah menggunakan D yang berarti Mahmud, memiliki makna 'memuji' atau 'dipuji'. Nama ini lebih cocok untuk penokohan karena berasal dari bahasa arab, sesuai dengan sikap tokoh yang sering bercerita tentang tokoh islam. Sebaliknya, nama Mahmut, menggunakan akhiran konsonan T, tidak memiliki makna dan tidak mampu mendukung penokohan.
0 Komentar